Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Sri Yuliani, S.T., M.App.Sc.
Judul Buku : Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Sri Yuliani, S.T., M.App.Sc., "Inovasi Atap Hijau Bangunan Bertingkat untuk Akselerasi Pembangunan Berkelanjutan" (preorder)
Author : Prof. Dr. Ir. Sri Yuliani, S.T., M.App.Sc.
Publisher : UNS Press
Bulan / Tahun Terbit : Agustus / 2025
Panjang x Lebar Buku : 14,8 x 21 cm
Kertas : Digital (PDF)
ABSTRACT SINGKAT :
Berdasarkan catatan lembaga panel antarpemerintah tentang perubahan iklim, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), suhu global mengalami peningkatan rata-rata 1,2oC. Bilamana tidak ada intervensi, maka tahun 2030-2035 suhu naik 1,5oC. Di sisi lain, potret konsumsi energi dunia semakin meningkat terutama dari sektor pembangunan. Bangunan merupakan elemen kunci, sehingga efisiensi energi bangunan menjadi tantangan utama bagi arsitek dan pemangku kebijakan pembangunan berkelanjutan. Konsumsi energi bangunan didominasi oleh penggunaan peralatan yang sangat bergantung pada kondisi suhu bangunan dan lingkungan. Permasalahan ini memerlukan pendekatan ganda, yakni penerapan inovasi teknologi ramah lingkungan, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap efisiensi energi. Di sinilah, ATAP HIJAU hadir menjembatani keduanya, dengan memberikan solusi desain pasif dan adaptif terhadap lingkungan. Penelitian atap hijau dari aspek peran masyarakat, yang dilakukan melalui kuisioner, menunjukkan bahwa keberhasilan penyelenggaraan atap hijau sangat dipengaruhi oleh pengguna yakni masyarakat yang sadar lingkungan. Peran masyarakat ternyata tidak tergantung status ekonomi, namun lebih pada kesadaran dan keterlibatan aktif dalam penyediaan area hijau. Penelitian dilanjutykan dengan melakukan pada uji model atap hijau melalui metode simulasi membandingkan antara atap hijau dan atap konvensional pada beton dan seng bergelombang. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan suhu pada atap bertanaman yang sangat signifikan. Performansi atap hijau diuji kembali melalui metode eksperimen pada bangunan hunian bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan suhu permukaan dan suhu ruangan. Penurunan suhu dipengaruhi oleh eleman hijau yang terdiri dari media tanam dan tanaman yang melingkupi atap. Penurunan suhu ruang berpengaruh terhadap efisiensi energi. Inovasi atap hijau dikembangkan lagi dengan modifikasi bahan bondek melalui sistem penanaman secara modular menggunakan pot persegi yang dirangkai dalam struktur apung. Penelitian yang sedang berjalan ini, telah menunjukkan hasil yang lebih adaptif yakni kemudahan perawatan dan penanaman, konstruksi bangunan yang aman dan nyaman, durabilitas lebih lama dan masih optimal mereduksi panas bangunan. Inovasi atap hijau ini strategis diterapkan pada bangunan bertingkat di lahan terbatas. Implementasi atap hijau dapat didesain pada beberapa bahan, yakni plat beton yang umum dilakukan, pada seng bergelombang dan atap bondek dengan struktur mengapung didukung rangka besi. Sedangkan tanaman yang diaplikasikan adalah tanaman yang bermanfaat, misalnya tanaman sayur (tomat, kacang, terong), bunga (lavender, sansiviera) atau tanaman obat untuk keluarga misalnya jahe, kencur, sereh. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa inovasi atap hijau memiliki beberapa manfaat dalam mendukung akselerasi pembangunan berkelanjutan. Pertama, menjadi alternatif selubung bangunan ramah lingkungan. Kedua, dapat menjadi substitusi ruang hijau terbuka mendukung ketahanan pangan skala mikro. Ketiga, berkontribusi pada desain estetik yang produktif. Dengan ekstensi ruang di tengah keterbatasan lahan, atap hijau dapat menghadirkan ruang healing keluarga. Semoga inovasi atap hijau ini dapat berdampak. Marilah kita wujudkan papan adem, ayem, tentrem. .
Author : Prof. Dr. Ir. Sri Yuliani, S.T., M.App.Sc.
Publisher : UNS Press
Bulan / Tahun Terbit : Agustus / 2025
Panjang x Lebar Buku : 14,8 x 21 cm
Kertas : Digital (PDF)
ABSTRACT SINGKAT :
Berdasarkan catatan lembaga panel antarpemerintah tentang perubahan iklim, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), suhu global mengalami peningkatan rata-rata 1,2oC. Bilamana tidak ada intervensi, maka tahun 2030-2035 suhu naik 1,5oC. Di sisi lain, potret konsumsi energi dunia semakin meningkat terutama dari sektor pembangunan. Bangunan merupakan elemen kunci, sehingga efisiensi energi bangunan menjadi tantangan utama bagi arsitek dan pemangku kebijakan pembangunan berkelanjutan. Konsumsi energi bangunan didominasi oleh penggunaan peralatan yang sangat bergantung pada kondisi suhu bangunan dan lingkungan. Permasalahan ini memerlukan pendekatan ganda, yakni penerapan inovasi teknologi ramah lingkungan, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap efisiensi energi. Di sinilah, ATAP HIJAU hadir menjembatani keduanya, dengan memberikan solusi desain pasif dan adaptif terhadap lingkungan. Penelitian atap hijau dari aspek peran masyarakat, yang dilakukan melalui kuisioner, menunjukkan bahwa keberhasilan penyelenggaraan atap hijau sangat dipengaruhi oleh pengguna yakni masyarakat yang sadar lingkungan. Peran masyarakat ternyata tidak tergantung status ekonomi, namun lebih pada kesadaran dan keterlibatan aktif dalam penyediaan area hijau. Penelitian dilanjutykan dengan melakukan pada uji model atap hijau melalui metode simulasi membandingkan antara atap hijau dan atap konvensional pada beton dan seng bergelombang. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan suhu pada atap bertanaman yang sangat signifikan. Performansi atap hijau diuji kembali melalui metode eksperimen pada bangunan hunian bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan suhu permukaan dan suhu ruangan. Penurunan suhu dipengaruhi oleh eleman hijau yang terdiri dari media tanam dan tanaman yang melingkupi atap. Penurunan suhu ruang berpengaruh terhadap efisiensi energi. Inovasi atap hijau dikembangkan lagi dengan modifikasi bahan bondek melalui sistem penanaman secara modular menggunakan pot persegi yang dirangkai dalam struktur apung. Penelitian yang sedang berjalan ini, telah menunjukkan hasil yang lebih adaptif yakni kemudahan perawatan dan penanaman, konstruksi bangunan yang aman dan nyaman, durabilitas lebih lama dan masih optimal mereduksi panas bangunan. Inovasi atap hijau ini strategis diterapkan pada bangunan bertingkat di lahan terbatas. Implementasi atap hijau dapat didesain pada beberapa bahan, yakni plat beton yang umum dilakukan, pada seng bergelombang dan atap bondek dengan struktur mengapung didukung rangka besi. Sedangkan tanaman yang diaplikasikan adalah tanaman yang bermanfaat, misalnya tanaman sayur (tomat, kacang, terong), bunga (lavender, sansiviera) atau tanaman obat untuk keluarga misalnya jahe, kencur, sereh. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa inovasi atap hijau memiliki beberapa manfaat dalam mendukung akselerasi pembangunan berkelanjutan. Pertama, menjadi alternatif selubung bangunan ramah lingkungan. Kedua, dapat menjadi substitusi ruang hijau terbuka mendukung ketahanan pangan skala mikro. Ketiga, berkontribusi pada desain estetik yang produktif. Dengan ekstensi ruang di tengah keterbatasan lahan, atap hijau dapat menghadirkan ruang healing keluarga. Semoga inovasi atap hijau ini dapat berdampak. Marilah kita wujudkan papan adem, ayem, tentrem. .