Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Diah Kurnia Mirawati, dr., Sp.S(K)
Judul Buku : Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Diah Kurnia Mirawati, dr., Sp.S(K), "EPILEPSI SUATU INSIGHT TENTANG KESEIMBANGAN SERTA DAMPAK TERHADAP KUALITAS HIDUP MANUSIA" (preorder)
Author : Prof. Dr. Diah Kurnia Mirawati, dr., Sp.S(K)
Publisher : UNS Press
Bulan / Tahun Terbit : Agustus / 2025
Panjang x Lebar Buku : 14,8 x 21 cm
Kertas : Digital (PDF)
ABSTRACT SINGKAT :
Epilepsi, di mana pada masyarakat suku Jawa sering disebut sebagai “ayan”, merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenali, dilaporkan telah ada catatan tentang epilepsi yang ditulis pada 4000 tahun sebelum Masehi. Epilepsi adalah penyakit di otak yang kronik dan termasuk golongan non communicable disease. Penyakit ini ditandai dengan kejang berulang berupa episode singkat gerak involunter yang melibatkan sebagian tubuh (fokal) atau seluruh tubuh (generalized), dapat disertai dengan gangguan kesadaran. Hal ini memiliki konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, serta sosial, dan menyumbang proporsi yang signifikan dari beban penyakit dunia, di samping itu juga akan berdampak terhadap kulaitas hidup pasien. Pada otak, terdapat mekanisme yang mengatur proses eksitasi (mekanisme untuk merangsang aktivitas sel otak) dan proses inhibisi (mekanisme untuk menghambat atau menghentikan proses aktivasi sel otak). Dalam kondisi normal, terdapat keseimbangan antara proses eksitasi dan inhibisi, dimana pada epilepsi, keseimbangan tersebut terganggu. Terdapat kondisi yang disebut sebagai hipereksitabilitas, di mana proses eksitasi berlebihan sementara inhibisi kurang berfungai dengan baik. Kondisi hipereksitabilitas ini berakibat terjadi kejang yang cenderung akan berulang. Kejang yang tidak terkontrol akan menyebabkan terganggunya kualitas hidup pasien epilepsi. Sampai saat ini, penatalaksanaan kejang pada pasien epilepsi terutama dengan menggunakan obat anti kejang. Mekanisme obat anti kejang adalah dengan menekan proses eksitasi atau meningkatkan proses inhibisi. Sebagian besar pasien epilepsi akan dapat tertangani dengan menggunakan 1 macam obat anti kejang, namun sekitar 30% akan memerlukan lebih dari 1 macam obat anti kejang untuk mengendalikan kejang. Hal ini tentu saja akan sangat berdampak terhadap pembiayaan pengobatan dan juga berdampak terhadap kualitas hidup. Factor lain yang mempengaruhi keberhasilan penatalaksanaan kejang adalah kondisi psikis pasien. Gangguan cemas dan depresi adalah dua hal yang sangat mempengaruhi terjadinya kejang, melalui mekanisme ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Oleh karena itu sangat penting memperhatikan prinsip keseimbangan dan holistic dalam mengelola pasien epilepsy, tidak hanya dengan pemberian obat, namun juga perlu diperhatikan berbagai hal di luar obat, antara lain factor psikologis pasien. Dari proses mekanisme epilepsi dapat diperoleh suatu pembelajaran tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan untuk menjaga kualitas hidup yang optimal. Dalam kehidupan sehari hari, penting untuk menjaga keseimbangan, misalnya antara bekerja dengan berolahraga, antara kesibukan pekerjaan dengan rekreasi dan lain sebagainya. Semua ini sebagai upaya untuk menghindari dari berbagai macam penyakit akibat pola hidup yang tidak baik, dan demi menjaga kualitas hidup yang optimal.
Author : Prof. Dr. Diah Kurnia Mirawati, dr., Sp.S(K)
Publisher : UNS Press
Bulan / Tahun Terbit : Agustus / 2025
Panjang x Lebar Buku : 14,8 x 21 cm
Kertas : Digital (PDF)
ABSTRACT SINGKAT :
Epilepsi, di mana pada masyarakat suku Jawa sering disebut sebagai “ayan”, merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenali, dilaporkan telah ada catatan tentang epilepsi yang ditulis pada 4000 tahun sebelum Masehi. Epilepsi adalah penyakit di otak yang kronik dan termasuk golongan non communicable disease. Penyakit ini ditandai dengan kejang berulang berupa episode singkat gerak involunter yang melibatkan sebagian tubuh (fokal) atau seluruh tubuh (generalized), dapat disertai dengan gangguan kesadaran. Hal ini memiliki konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, serta sosial, dan menyumbang proporsi yang signifikan dari beban penyakit dunia, di samping itu juga akan berdampak terhadap kulaitas hidup pasien. Pada otak, terdapat mekanisme yang mengatur proses eksitasi (mekanisme untuk merangsang aktivitas sel otak) dan proses inhibisi (mekanisme untuk menghambat atau menghentikan proses aktivasi sel otak). Dalam kondisi normal, terdapat keseimbangan antara proses eksitasi dan inhibisi, dimana pada epilepsi, keseimbangan tersebut terganggu. Terdapat kondisi yang disebut sebagai hipereksitabilitas, di mana proses eksitasi berlebihan sementara inhibisi kurang berfungai dengan baik. Kondisi hipereksitabilitas ini berakibat terjadi kejang yang cenderung akan berulang. Kejang yang tidak terkontrol akan menyebabkan terganggunya kualitas hidup pasien epilepsi. Sampai saat ini, penatalaksanaan kejang pada pasien epilepsi terutama dengan menggunakan obat anti kejang. Mekanisme obat anti kejang adalah dengan menekan proses eksitasi atau meningkatkan proses inhibisi. Sebagian besar pasien epilepsi akan dapat tertangani dengan menggunakan 1 macam obat anti kejang, namun sekitar 30% akan memerlukan lebih dari 1 macam obat anti kejang untuk mengendalikan kejang. Hal ini tentu saja akan sangat berdampak terhadap pembiayaan pengobatan dan juga berdampak terhadap kualitas hidup. Factor lain yang mempengaruhi keberhasilan penatalaksanaan kejang adalah kondisi psikis pasien. Gangguan cemas dan depresi adalah dua hal yang sangat mempengaruhi terjadinya kejang, melalui mekanisme ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Oleh karena itu sangat penting memperhatikan prinsip keseimbangan dan holistic dalam mengelola pasien epilepsy, tidak hanya dengan pemberian obat, namun juga perlu diperhatikan berbagai hal di luar obat, antara lain factor psikologis pasien. Dari proses mekanisme epilepsi dapat diperoleh suatu pembelajaran tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan untuk menjaga kualitas hidup yang optimal. Dalam kehidupan sehari hari, penting untuk menjaga keseimbangan, misalnya antara bekerja dengan berolahraga, antara kesibukan pekerjaan dengan rekreasi dan lain sebagainya. Semua ini sebagai upaya untuk menghindari dari berbagai macam penyakit akibat pola hidup yang tidak baik, dan demi menjaga kualitas hidup yang optimal.