Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P.

Gambar Produk
Judul Buku : Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P. "TINJAUAN EKONOMI METODE SRI (SISTEM OF RICE INTENSIFICATION) SALAH SATU SOLUSI SWASEMBADA PANGAN DI INDONESIA" (preorder)
Author : Prof. Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P.
Publisher : UNS Press
Bulan / Tahun Terbit : Januari / 2025
Panjang x Lebar Buku : 14,8 x 21 cm
Kertas : Digital (PDF)

ABSTRACT SINGKAT :
Dalam pidato pengukuhan saya ini, saya akan menyampaikan sebuah inovasi berupa metode bercocok tanam padi yang disebut SRI (System of Rice Intensification) yang dapat menjadi solusi dalam program swasembada pangan di Indonesia. Metode ini merupakan metode bercocom tanam padi yang produktif, adaptive, efisien air, serta ramah lingkungan, karena mengoptimalkan potensi agroekosistem sehingga mampu meningkatkan produksi 3 hingga 4 kali lipat per lubang tanam. Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan secara multispasial di berbagai Negara menunjukkan keunggulan potensi ekonomi metode SRI. Penelitian di Bantul dan di Sleman Yogyakarta, serta lahan terintrusi air payau di Segara Anakan Nusa Kambangan menunjukkan besarnya nilai R/C rasio yang meningkat secara signifikan, disebabkan praktek SRI dapat menekan biaya variabel hingga 40% dan peningkatan produksi per luas lahan (Ferichani. M dan D.A. Prasetya, 2011). Penelitian SRI lainnya di Indonesia Timur, menunjukkan bahwa SRI melalui manajemen sistem irigasi dapat diterapkan di daerah yang irigasinya kurang mendukung; meningkatkan hasil panen hingga 3,3 ton/ha; penurunan penggunaan air hingga 40%; mereduksi 50% pupuk sintetis; dan biaya produksi yang menurun 20% (Sato, Shuichi et al,, 2011). Penelitian SRI di Andhra Pradesh menunjukkan SRI memiliki benefit cost ratio lebih tinggi yaitu 1,76 sedangkan konvensional 1,25; dan meningkatkan hasil panen hingga 31%. Hambatan paling utama adalah manajemen pemeliharaan (Rao, Rama, 2011). Penelitian SRI di Korea menunjukkan Penerapan SRI dapat menekan kebutuhan air hingga 55,6% serta mereduksi kebutuhan irigasi dan polusi non-point source (NPS) yg berasal dari curah hujan atau salju yang meleleh (Dae Choi, et al, 2012).