ULAMA DALAM PEMILU-PEMILU ORDE BARU: Kisah Depolitisasi Ulama Pesantren di Eks-Keresidenan Surakarta 1971-1997

Gambar Produk Gambar Produk
Judul Buku : ULAMA DALAM PEMILU-PEMILU ORDE BARU: Kisah Depolitisasi Ulama Pesantren di Eks-Keresidenan Surakarta 1971-1997. (preorder)
Author : Warto & M. Bagus Sekar Alam
Publisher : UNS Press
Harga : Rp 0
ISBN : 978-602-397-872-4 & 978-602-397-873-1 (PDF)
Bulan / Tahun Terbit : Agustus / 2023
Jumlah Halaman : 96 halaman
Panjang x Lebar Buku : 16 x 25 cm
Kertas : HVS (70 gsm) & PDF (Digital)

Sinopsis :
Di era rezim Orde Baru, kehidupan perpolitikan ulama pesantren di level lokal Surakarta memiliki dinamika dan pengalaman tersendiri yang menarik untuk dinarasikan. Rezim Orde Baru yang berkuasa 32 tahun lamanya (1966-1998) merupakan rezim politik yang dikenal mengedepankan tertib politik untuk keberhasilan program pembangunan. Karena itu, partisipasi politik arus bawah perlu dikendalikan secara sistematis dan terukur melalui rekayasa restrukturisasi politik yang dikehendaki rezim. Salah satu kelas sosial akar rumput yang tidak luput dari perhatian penguasa Orde Baru adalah kaum ulama pesantren. Alasannya, pertama, ulama pesantren merupakan elite agama dikenal memiliki otoritas tradisional yang mampu memobilisasi massa. Kedua, ulama pesantren umumnya dikenal tokoh penggerak organisasi Nahdlatul Ulama (NU). NU dikenal sebagai organisasi sosial keagamaan yang memiliki massa terbesar di Indonesia dan pernah menjadi partai politik yang diperhitungkan di era Orde Lama. Karena itu, cukup beralasan bila penguasa rezim Orde Baru memposisikan ulama sebagai kelas sosial yang perlu ‘digarap’ untuk kepentingan politik rezim. Buku dihadapan anda ini berupa kisah pengalaman politik para ulama pesantren di wilayah Surakarta sekitarnya (eks-Keresidenan Surakarta) semasa penyelenggaraan Pemilu-Pemilu Orde Baru. Masing-masing ulama pesantren memiliki kisah atau pengalaman politik yang berbeda-beda. Hal ini tergantung bagaimana cara mereka memahami kontestasi dan membaca arah perubahan politik represif memungkinkan bisa ‘survive’ atau dijadikan peluang yang dimanfaatkan untuk kepentingan umat, organisasi dan agama.