AGROEKOLOGI: Sistem Pertanian Ramah Lingkungan

Gambar Produk Gambar Produk
Judul Buku : AGROEKOLOGI: Sistem Pertanian Ramah Lingkungan
Author : Maria Theresia Sri Budiastuti, Djoko Purnomo, Amalia Tetrani Sakya, Desy Setyaningrum
Publisher : UNS Press
Harga : Rp 0
ISBN : 978-602-397-829-8 (PDF)
Bulan / Tahun Terbit : Juli / 2022
Jumlah Halaman : 236 halaman
Panjang x Lebar Buku : 16 x 25 cm
Kertas : Digital (PDF)

Sinopsis :
Pertanian dan lingkungan merupakan dua hal yang saling berkaitan dan menentukan tingkat keberhasilan produksi. Teori dasar yang melandasi kegiatan ini adalah ekologi dan selanjutnya disebut Agroekologi. Beberapa waktu yang lalu kegiatan pertanian pernah mengabaikan lingkungan antara lain; praktek pengolahan tanah intensif dengan menggunakan alat berat (sejak saat tanam, pemeliharaan, hingga panen), pemupukan berdosis tinggi dengan senyawa anorganik, penggunaan pestisida anorganik dalam memberantas pengganggu, dan penanaman satu jenis tanaman di seluruh area tanam. Namun akhirnya timbul kesadaran akan akibat negatif pertanian tersebut sehingga merangsang pengembangan pertanian selaras alam (berkelanjutan) ”Good Agricultural Practices”. Sistem pertanian tersebut memiliki makna yang sangat dalam khususnya dari sisi pemanfaatan sumber daya baik abiotik, biotik dan sosial dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi dan keseimbangan ekosistem. Buku ini terdiri 8 bab yaitu: pendahuluan, ekologi dan ekosistem, lingkungan dan vegetasi, dinamika ekosistem, adaptasi dan distribusi vegetasi, indikator dan kompetisi vegetasi, agroekosistem, pertanian berkelanjutan. Pemahaman ekologi yang membahas interaksi kompleks antara organisme (biotik) dan lingkungan (abiotik, biotik, culture) untuk meningkatkan kesadaran bahwa manusia hidup memerlukan bahan dari organisme lain secara kontinyu. Ekosistem sebagai area interaksi antara organisme dan lingkungan membentuk sistem yang khas. Pertanian sebagai ekosistem mencakup berbagai sub sistem (pertanaman, perikanan, peternakan), bersifat khas karena dominasi manusia. Bahasan ekologi dan ekosistem mendasari aspek bahasan hingga ke agroekosistem. Vegetasi dominan sebagai penyusun biosfer, hidup di suatu lokasi yang sesuai namun juga berpengaruh terhadap habitat. Bagi manusia vegetasi diperlukan dalam mencapai produksi optimum. Untuk mencapai hal itu memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai. Cahaya, air, suhu dan hara secara umum sebagai faktor penentu pertumbuhan vegetasi. Secara khusus, setiap jenis vegetasi memiliki respon berbeda terhadap komponen lingkungan. Bioma sebagai refleksi hasil seleksi alam sehingga terbentuk kekhasan seperti tundra, sabana, stepa, hutan dan seleksi alam tersebut melalui adaptasi organisme setelah migrasi dari suatu tempat. Adaptasi melahirkan populasi sesuai dengan kondisi baru, maka terjadi bioma baru. Potensi adaptasi tinggi berpengaruh pada keberhasilan organisme untuk tumbuh dan berkembang di berbagai tempat. Namun demikian distribusi vegetasi (dapat luas atau sempit), begitu pula organisme lain, peran lingkungan dan manusia (sebagai makhluk tertinggi) sangat besar. Vegetasi dapat terdistribusi secara luas, sempit, atau terputus (diskontinyu). Distribusi vegetasi (organisme) berhubungan dengan toleransi, ditribusi luas berarti toleransi terhadap suatu kondisi lingkungan luas demikian pula sebaliknya. Selanjutnya organisme dapat berkompetisi dalam mendapatkan kebutuhan hidup (sumberdaya alam) sebagai faktor tumbuh yaitu: unsur hara, air, dan cahaya. Satu hal penting sedang dihadapi dunia pertanian adalah fenomena perubahan iklim, dengan indikator di suatu area terjadi anomali cuaca. Pertanian sebagai suatu sistem harus semakin dipahami untuk keberlanjutan. Bab terakhir buku ini membahas agroekosistem yang terbagi menjadi beberapa tipe dan masing-masing tipe dengan kharakteristik atau ciri-ciri tertentu yang perlu dipelajari guna merancang teknologi budidaya berlandaskan kestabilan ekosistem (teknologi ramah lingkungan) yaitu monoculture, multiple cropping, mixcropping dan polycropping. Monokultur dan multiple cropping memiliki ciri rentan terhadap gangguan dan dengan kata lain berdaya lenting rendah, sedangkan mixcropping dan polycropping menunjukkan tranfer energi berjalan tahap demi tahap dan memberikan kesempatan besar bagi materi untuk berdaur, dengan demikian diversitas tinggi pada tipe agroekosistem ini sangat mendukung kestabilan ekosistem. Berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan produktivitas tanaman maka tipe agroekosistem yang ideal adalah mixcropping dengan aneka jenis tanaman pada suatu hamparan lahan. Salah satu contoh mixcropping adalah system agroforestry yaitu kombinasi tanaman pertanian dan vegetasi hutan di suatu hamparan lahan yang mempertimbangkan kesejahteraan manusia dan jasa lingkungan. Baik system agroforestry sederhana maupun kompleks memberikan kemanfaatan actual melalui fungsi konservasi lahan, keanekaragaman hayati dan produksi. Tujuan utama penyusunan buku ini untuk mendiseminasikan wawasan pertanian berkelanjutan bagi masyarakat peduli lingkungan. Demikian pula para praktisi dapat lebih memahami sistem pertanian untuk memperoleh keberlanjutan keuntungan. Bagi mahasiswa memudahkan pemahaman konsep dasar pengelolaan pertanian secara terpadu untuk memitigasi dampak negatif ke lingkungan.