MANAJEMEN PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK: Studi Kasus dalam Pembangunan Obyek Wisata di Pedesaan
Judul Buku : MANAJEMEN PERUBAHAN DAN RESOLUSI KONFLIK: Studi Kasus dalam Pembangunan Obyek Wisata di Pedesaan
Author : Agung Wibowo, Suwarto, & Sugihardjo.
Publisher : UNS Press
Harga : Rp 75.000
ISBN : 978-602-397-738-3
Bulan / Tahun Terbit : November / 2022
Jumlah Halaman : 181 halaman
Panjang x Lebar Buku : 16 x 25 cm
Kertas : HVS 70 gsm
Sinopsis :
Selama ini pengembangan pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas, saat ini pengembangan desa wisata menggunakan community approach atau community based development. Masyarakat lokal diharapkan akan membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi dan mengurangi urbanisasi. Namun realita yang ada di masyarakat tidak demikian, masih banyak kendala yang harus diperhatikan dan diselesaikan dalam menunjang tujuan pembangunan pariwisata tersebut. Konflik internal pengelola obyek pariwisata, konflik antar pengelola, konflik antara pemerintah daerah dan swasta serta konflik antara masyarakat dengan pemerintah memunculkan berbagai persoalan yang mengakibatkan berkurangnya minat pengunjung wisata ke obyek-obyek wisata tersebut. Hal ini penting untuk menelusuri akar persoalan tersebut sehingga dapat ditemukan resolusi yang tepat. Konflik adalah segala bentuk interaksi yang bersifat oposisi atau suatu interaksi yang bersifat antafonistis (berlawanan, bertentangan atau berseberangan). konflik terjadi karena perbedaan, kesenjangan dan kelangkaan posisi sosial dan posisi sumber daya atau karena disebabkan sistem nilai dan penilaian yang berbeda secara ekstrim. Resolusi konflik adalah cara individu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi individu lain secara sukarela. Resolusi konflik menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan kontruktif dalam pemecahan masalah dengan memberi kesempatan pada pihak-pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan masalah mereka oleh mereka sendiri atau menghadirkan pihak ketiga yang bersifat netral.Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses memberikan kekuatan agar dapat mengatasi masalah yang ada. Social network dan local cultural culture sebagai entitas kultural ekologi terbukti mampu memberdayakan masyarakat menuju kearah kemandirian masyarakat. .
Author : Agung Wibowo, Suwarto, & Sugihardjo.
Publisher : UNS Press
Harga : Rp 75.000
ISBN : 978-602-397-738-3
Bulan / Tahun Terbit : November / 2022
Jumlah Halaman : 181 halaman
Panjang x Lebar Buku : 16 x 25 cm
Kertas : HVS 70 gsm
Sinopsis :
Selama ini pengembangan pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas, saat ini pengembangan desa wisata menggunakan community approach atau community based development. Masyarakat lokal diharapkan akan membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi dan mengurangi urbanisasi. Namun realita yang ada di masyarakat tidak demikian, masih banyak kendala yang harus diperhatikan dan diselesaikan dalam menunjang tujuan pembangunan pariwisata tersebut. Konflik internal pengelola obyek pariwisata, konflik antar pengelola, konflik antara pemerintah daerah dan swasta serta konflik antara masyarakat dengan pemerintah memunculkan berbagai persoalan yang mengakibatkan berkurangnya minat pengunjung wisata ke obyek-obyek wisata tersebut. Hal ini penting untuk menelusuri akar persoalan tersebut sehingga dapat ditemukan resolusi yang tepat. Konflik adalah segala bentuk interaksi yang bersifat oposisi atau suatu interaksi yang bersifat antafonistis (berlawanan, bertentangan atau berseberangan). konflik terjadi karena perbedaan, kesenjangan dan kelangkaan posisi sosial dan posisi sumber daya atau karena disebabkan sistem nilai dan penilaian yang berbeda secara ekstrim. Resolusi konflik adalah cara individu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi individu lain secara sukarela. Resolusi konflik menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan kontruktif dalam pemecahan masalah dengan memberi kesempatan pada pihak-pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan masalah mereka oleh mereka sendiri atau menghadirkan pihak ketiga yang bersifat netral.Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses memberikan kekuatan agar dapat mengatasi masalah yang ada. Social network dan local cultural culture sebagai entitas kultural ekologi terbukti mampu memberdayakan masyarakat menuju kearah kemandirian masyarakat. .